Selasa, 30 Agustus 2016

APA BENAR NEGERI INI MERDEKA ?!!


 

“PENCURI DI LAHAN SENDIRI”

Harga sembako terus bertahan di puncak teratas dan tak ada tanda-tanda untuk turun meski sejenak, meski semua mata melihat kami tak punya cukup tabungan lagi tuk bertahan mengisi perut yang keroncongan. Pekerjaan yang semula hanyalah petani karet semakin tertunduk lesu menerima kenyataan harganya tak pernah naik dari waktu kewaktu, tak punya pilihan lain untuk bertahan hidup selain mencari pekerjaan baru demi keluarga, meski pas-pasan. Punya sebidang tanah yang ditanami karet dan beberapa batang kayu, inilah tabungan kami yang masi tersisa. Mungkin ini cukup untuk menambah sedikit penghasilan memenuhi biaya hidup sehari-hari selama sepuluh hari kedepan.

Beras dan keperluan lainnya semakin menipis, tidak mungkin memaksakan untuk terus menyadap karet yang hasil getahnya juga sedang sedikit karena saat ini sedang musim gugur. Dengan semangat yang penuh kami memilih untuk mencoba menggunakan tabungan beberapa batang pohon kayu untuk di jual sebagai kayu balok. Bersyukur ternyata negeri ini masi bisa menumbuhkan kayu sehingga bisa di jual sebagai penghasil uang dan memenuhi kebutuhan hidup, pikir kami.

Pohon demi pohon tumbang ketanah, suara mesin memekakkan telinga, rasa capek berubah jadi syukur saat melihat pohon yang tadinya tegak berdiri kini menjadi batangan balok yang sudah tersusun rapi di tepi jalan, haripun mulai senja dan kami mulai beranjak pulang.

Di perjalanan pulang dengan membawa mesin singso kami di cegak oleh bebrarapa  orang bapak-bapak yang berseragam, dan mengaku sebagai orang kehutanan dan menyita mesin yang kami bawa juga menyita kayu balok yang kami tebang, Kami di tuduh dengan tuduhan” PEMBALAKAN LIAR”.

Seketika itu amarah dan kutuk kami kepadaMu penguasa.

Kenapa dengan negeri ini?!

Apa benar negeri ini merdeka?!

Kenapa kami terus di jajah?!

Kami doakan semoga Tuhan memberikan kesempatan untuk meraskan hidup seperti kami, melihat anak istri menangis menahan rasa lapar sedangkan kalian di sana membangun istana dan menyantap berbagai macam makan lezat dan terkadang membuangnya sia-sia, lalu membeli semua hal yang kalian suka lalu melambaikan tangan dengan senyuman bangga. Apa kalian pernah bertanya hari ini kami makan apa?!.

Kami bodoh dengan pengetahuan dan kami miskin dari harta. Tetapi sesungguhnya kami tak mengharapkan sebuah sumbangan, yang kami butuhkan sebuah pekerjaan layak karena kami masi punya tenaga, kaki dan tangan untuk bekerja untuk menyambung hidup keluarga kami.

Tapi menunggu dan terus menunggu membuat sebgaian dari kami jadi gelapmata, tak mampu melihat anak kami menangis dengan tubuh yang semakin tampak kurus dengan tulang yang mulai nampak jelas terlihat,  mereka yang sekolah mengatakan anak kami kurang Gizi. Sebagian dari kami berjalan mencari bantuan adakah yang bisa membantu tapi kehidupan kami yang sebagai petani tak memiliki penghasilan lagi. akhirnya dengan berat hati sebagian dari kami memilih menghalalkan segala car demi dapurnya bisa mengepul lagi. perampokan, pencurian dan penipuan mereka lakukan.

Lalu kalian menyebut kami sebagai penjahat karena sudah mengambil hak orang lain dengan hukuman yang kalian poniskan seberat-beratnya. Kami tertegun mengapa kalian yang memiliki pendidikan begitu “PINTAR”, kami yang “BODOH” punya lagi-lagi marah dan bertanya-tanya.

Ada apa dengan negeri ini Tuan sang penguasa ?

Coba lihat, kami kemarin melakukan hal yang  jelas jelas menebang pohon kayu kami sendiri, yang kami tanam di lahan sendiri, yang kami rawat sendiri saat akan kami ambil hasilnya kalian rampas semua itu dari kami?!. Lalu sekarang giliran kami tak lagi punya apa-apa dan mencoontoh dari kalian dengan mengambil sedikit harta kalian yang sebenarnya ada hak kami, lagi-lagi kami salah. Apakah benar kami yang “BODOH” ini tak layak hidup di negeri Indonesia tercinta ini dan apakah kami tak layak  “MERDEKA?”.

Translate